Yadnya Sesa

Dalam ajaran Hindu, Tuhan di puja sebagai yang ngiyangin 'mengisi' berbagai aspek kehidupan, tempat ruang dan waktu. Seperti Pasar, kebun, sawah, pohon besar, batu besar, kantor, peternakan, perdagangan, kekayaan, kesehatan, kesenian, ilmu pengetahuan, kerajinan untuk menyebut beberapa contoh. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang lepas dari kemahakuasaan Hyang Widhi.

Dalam pemujaan, Tuhan dikehendaki hadir, dihadirkan, dinginkan oleh umat Hindu (ista) dimohon, diundang hadir pemujanya sehingga Hyang Widhi yang dipuja adalah Tuhan sebagai personal god, Tuhan yang berpribadi yang menjadi junjungan, dimuliakan penyembahnya. Ista Dewata dipandang sebagai 'tamu' yang dimohon kehadiran-Nya menyaksikan sembah bhakti umat. Cara menghadirkanNya baik sewaktu-waktu seperti piodalan, hari suci, purnama, tilem disebut naimitika karma. Sementara dalam keseharian disebut nitya karma seperti: tri sandya, doa, yadnya sesa.

Yadnya sesa, persembahan kecil dan sederhana disebut saiban. Disejajarkan dengan rayunan, sodaan, ajuman yang artinya persembahan berupa makanan. Umat Hindu meyakini bahwa apa yang diterimanya bersumber dari Hyang Widhi oleh karenanya kita punya kewajiban mensyukuri kembali dengan menghaturkannya. Bhagawadgita menyebutkan Tuhan menciptakan semesta berkat Yadnya oleh karenanya sudah menjadi kewajiban kita untuk beryadnya.

Sarana yadnya sesa berupa hasil masakan dapur: nasi, garam, lauk pauk beralaskan daun atau sejenis sebagai wadah banten. Disiapkan juga tirta (air suci) dan dupa. Di atas daun disuguhkan sejumput nasi, garam dan lauk pauk hasil masakan sukla, bukan surudan, sebagai ungkapan 'suksmaning manah' kita telah dikaruniai amerta, sebagai anugerah yang bisa kita nikmati bersama keluarga.

Setelah siap dilanjutkan dengan menghaturkan banten saiban setelah melakukan (1) Suci Laksana: tubuh dan pikiran suci, bersih. (2) Berbusana: adat ringan, jika pakaian kerja, pakailah selendang (3) Haturkan ditempat yang diyakini menjadi sumber pemberi kehidupan seperti: dapur, sumur, tengah halaman, tempat beras dan tempat-tempat lainnya (4) Dihaturkan dengan ayaban tangan arah keluar, percikan tirta dan nyala dupa. (5) Doa mantra di palinggih leluhur "Om buktyantupitara dewam, bukti mukti wara swadah, Ang Ah". Untuk Para Dewata mantranya "Om Dewa Amukti, Sukham bhawantu, Purnam Bhawantu, Sriyam Bhawantu, nama namah swaha". Jika di halaman, ditujukan kepada para Bhuta Kala doanya "Om sarwabhuta pratebhyah swaha".

Tujuan yadnya sesa adalah moksartham jagadhita ya ca iti dharma. Tujuan yadnya menurut Bhagawadgita adalah kebahagian dan pembebasan dosa. "Yajnasistasinah santo, mucyante sarvakilbisaih, bhujante te tv agham papa, ye pacanty atma-karanat (Dipelihara oleh yadnya, para dewa akan memberimu kesenangan yang kau ingini. Ia menikmati pemberian-pemberian yang kau ingini. Ia yang menikmati pemberian ini tanpa memberi balasan kepadanya adalah pencuri). Orang-orang yang baik memakan apa yang tersisa dari yadnya, mereka terlepas dari dosa. Tapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan hanya untuk kepentingan sendiri, mereka makan dosanya sendiri) Bhagawadgita III.12-13. (dyh)

Source: Wartam Edisi 7/September 2015